WIMAR Witoelar selalu enerjik. Mantan juru bicara Kepresidenan era Presiden Gus Dur ini tetap enerjik, meski sempat terkena lumpuh akibat stroke. Tapi kini Wimar makin bergairah. Baca saja blognya perspektif.net yang selalu ramai.
Ketika bertemu Wimar dalam acara Pesta Blogger 2007 di Blitz Megaplex Grand Indonesia Jakarta lalu, saya merasakan aura seorang Wimar yang selalu optimistis. Saya ingat waktu itu Wimar menyampaikan kekagumannya pada komunitas blog Indonesia. "Hari masih pagi, tetapi orang sudah seramai ini. Tak ada yang mengalahkan komunitas blogger. Semangat blogger Indonesia luar biasa, termasuk yang datang dari daerah," demikian ungkap Wimar saat itu.
Blogger? Ya, Wimar termasuk dalam daftar deretan blogger Indonesia. Blognya perspektif.net termasuk blog yang rajin dikunjungi. Mantan aktivis mahasiswa ITB itu kini makin menyadari betapa pengaruh blog sangat dahsyat. Dan ini bukan bicara soal perkembangan teknologi, tetapi apa yang dapat kita lakukan dengan teknologi canggih itu.
Ketika rezim Soeharto, orang takut bersuara dan takut jujur untuk berpendapat. Tetapi kini, dengan kehadiran blog, orang boleh menulis pendapat tanpa takut diculik. Wimar Witoelar, seorang tokoh prodemokrasi yang giat menggalakkan citizen journalism. Siapa saja bisa menjadi wartawan. Siapa saja bisa mengirim foto dari HP langsung masuk ke flickr. Siapa saja boleh menulis blog dan langsung bisa diakses jutaan orang di dunia. Jangan takut untuk jujur bersuara dan berpendapat. Demikianlah inti pesan Wimar Witoelar melalui blognya.
Blog Wimar ini layak dibaca oleh siapa saja yang prodemokrasi. Wimar mengupas banyak persoalan yang terjadi di negeri ini. Saya membayangkan seandainya banyak tokoh politik seperti Wimar, rajin menulis di blog, berinteraksi dengan konstituen melalui blog. Masyarakat Indonesia lama-lama akan melek politik, melek internet dan tidak akan dibodoh-bodohi lagi dengan politik uang.
Label: Blogger Tokoh Politik, Wimar Witoelar
1 komentar:
- At 29 April 2008 pukul 06.39 Anonim said...
-
Wimar dan perspektifnya mulai kehilangan greget karena dia melulu reaktif. Wimar hampir-hampir tidak menawarkan apa pun.
Andaikanlah dia kita anggap representasi aspirasi publik, tetap payah, karena Wimar sebenarnya elitis. Boleh-boleh saja Wimar dianggap dekat dengan kaum marjinal, tapi itu cuma romantisme.
Salam kenal Bung Robert, kebetulan nama kita sama hehehe.
Usaha Anda membuat resensi ini patut dipuji, tapi sayang Anda terlalu permisif, untuk tidak mengatakan tak punya standar. Resensi blog yang Anda kerjakan jauh sekali di bawah bobot tulian-tulisan Anda di Kompas. Kenapa ? Mudah-mudahan bukan karena underestimate terhadap blogger kita.
Salam Merdeka
RM-Jakarta
http://ayomerdeka.wordpress.com/